Untuk pembaca, kesekiankalinya kalian menemukan sebuah karya dengan tema cinta. Pasaran. Mungkin itulah yang terbesit dalam benak anda. Saya menghargai, karena anda memiliki hak penuh untuk memberi label sebuah tulisan. Sama halnya saya memiliki hak penuh untuk menulis dengan tema yang pasaran. Cinta.
Untuk pembaca, tulisan ini mungkin berbeda dengan segelintir karya yang berhasil saya selesaikan sejauh ini. Saya pribadi tak bisa mengklaim tulisan ini sebagai sebuah cerpen. Disini, opini anda ditantang untuk sekedar membaca tulisan tak beraturan.
JJJ
Part I (Quds, last of oct ’11)
Oke, mungkin sudah 2 tahun kita gak ketemu sama sekali. Tapi entah perasaan apa ini? Haruskah aku membencinya? Perasaan ini telah menyatu pada diriku. Mengapa sampai detik ini aku tak bisa mengusirnya barang sejengkal dari hatiku? Rabb, aku tak bisa membohongi diriku. Entahlah. Hamba yakin kau mengerti atas apa yang hamba alami. Dan hamba yakin, segala yang terjadi adalah yang terbaik untuk hamba. Hamba juga yakin, engkau telah memberikan kekuatan yang lebih untuk hamba, agar hamba bisa melewatinya dengan mudah. Kalaupun perasaan itu masih melekat disini, itu memang karena hamba belum siap untuk kehilangannya.
Aku tau, aku sadar.. airmataku terlalu berharga untuk jatuh karenanya. Tapi aku tak bisa menahannya. Samasekali tak bisa... Rabb... tolong hapus memori itu dari otakku. Ia menyiksa batinku. Ia memerintahkan otakku agar mengaitkan tiap hal yang terjadi dengan kisahku dengannya.
Jujur, aku capek kayak gini terus. Tapi semua ini reflek. Begitu saja tanpa aba-aba.. aku malu mengakuinya, aku malu mengakui bahwa aku menyayangimu.. menyayangi seseorang yang hanya mempermainkan aku, seperti boneka tolol. But, I still Need u.
JJJ
Tak ada satupun orang yang ingin hidup gelisah karena bayang-bayang masa lalu. Semua ini berawal dari.. Takdir mempertemukanku dengan seorang pria tolol dengan segala kepolosannya. Tolol karena ia telah merenggut keacuhanku terhadap rasa asing yang kunamakan cinta. Begitu mudahnya ia membuat garis lurus dengan sudut seratus delapan puluh derajat di atas hati kosongku. Dan heroin itu mengharuskanku mengikuti perputaran garis secara mendadak dengan senang hati. Seratus delapan puluh derajat. Aku berlari sembari tertawa lepas mengikuti garis lurus itu. Mulus, tanpa hambatan. Hingga suatu masa datang. Tinta itu habis dan garis itu berhenti melaju. Terlambat untuk menginjak rem. Aku terlanjur melewati ruang tanpa batas. Arahku hilang. Sebagian dariku diterpa badai, sampai detik dimana aku berpijak sekarang. Tempatku membuang bayangnya.
Dalam lunglai aku meraihnya. Disini aku merasa lebih baik. Semua anugrah Allah yang terkubur, kini tampak di permukaan dan mengangkatku dengan berbangga. Prestasiku melejit. Di luar anganku sebelumnya. Kuanggap ini hadiah dariNya atas keberdirianku. Menyibukkan diri dengan segudang tugas dan aktifitas masih belum cukup. Otakku terfokus pada tugas-tugas itu. Tapi hatiku lain. Ia selalu menyebutnya.
Begitu banyak syair lagu dan cerita yang menyuratkan kegilaan terhadap makhlukNya. Lalu, mengapa dalam kasus ini aku merasa sendiri. Kufikir tak ada orang setolol aku yang menafikan diri sendiri demi rasa yang membuatnya remuk sejalan dengan merangkaknya mentari. Dulu, fisikku rapuh, tak lebih kuat dari akar lumut. Tapi saat itu, batinku selalu damai karenamu. Astaghfirullah.. ampuni hamba atas perasaan ini. Bukankah kita haram untuk berkata sedemikian rupa? Karena hanya Allah semata yang mengirimkan kedamaian di hati kita. Bukan mereka yang kita cintai. Tapi hatiku dirajai nafsu. Nafsu? Relakah fitrah cinta kita ternodai oleh nafsu? Tidak akan pernah. Memang Allah yang mengirimkan kedamaian itu, dengan perantara insan yang selalu sempurna di mata kita. Sebab, semua butuh perantara.
Sekarang, aku bersinar seperti mentari. Hampir seluruh atmosfer mampu mencium sinarku. Dan tak ada makhluk bumi yang mampu menyentuh satu partikel milik matahari. Karena partikelku bersifat korosif. Bagaimana orang lain bisa menyentuhnya jika hatiku sendiri terbakar? Menguap kemudian lenyap. Dan.. mati.
Ketidakmungkinan berbalik nyata. Perasaanku kehilangan rasa.
JJJ
Part II (Qudz, 14 Oct ’11)
Sayang, aku rindu kau. Sangat. Sejuta fikiran tentangmu kini sedang bermain ria di pelupuk mataku. Khawatir pastinya. Wanita mana yang tak takut kekasihnya jatuh hati pada wanita yang lain? Jika ingat hal itu,aku langsung saja teringat kata-katamu kala itu..
“Serahkan semuanya pada Allah, sayang. Jika kita memang jodoh, Allah akan mempertemukan kita kelak.”
Aku sendiri tak pernah menyadari sejak kapan kita saling menyayangi? Sejak Allah menakdirkannya pastinya. Haha.
Terimakasih telah mengembalikan hidupku seperti semula. Besar kemungkinan Allah telah mengirimmu untuk menjawab munajadku selama ini. Baik-baik di sana ya?
(Qudz, 17 oktober 2011)
Lewat bau harum yang disampaikan angin ini. Aku ingin alam tau, bahwa aku sedang ‘gembira’. ‘gelisah sirna manakala membaca pesan dari anda’. Terimaksih telah menyempatkan untuk membaca dan membalas pesanku. Aku tau ini merupakan sesuatu yang lebih bagi orang cuek semacammu. Maaf, aku tidak bisa menyembunyikan rasa itu. Hingga, kuteriakkan perasaanku pada riak air kolam ikan di depan kantor kepala sekolah. Dan aku membisikkannya pada desir angin yang menggoyangkan dedaunan mangga di depan kelas XII IPS. Sejenak kemudian. Angin itu kembali dan membuat gesekan bersyarat. Oh, betapa air mata ini akan jatuh. Aku tak pernah berharap muluk-muluk darimu atau dariNya. Dambaku akan kesetiaanmu. Harapku agar Ia memudahkan jalan kita jika memang kita berjodoh.
Entah sejak kapan wajah-wajah itu mulai terkikis. Bermetamorfosis menjadi wajah acuh yang justru tak pernah kubayangkan sebelumnya. Kini, barisan semut yang pernah kau kirimkan padaku, selalu mengelilingi dan memenuhi volume otakku. Saranghe__
(Ummu Kultsum II_Rabu, 19 oct ‘11_ 02.10 a.m.)
Masih pagi buta. Niatku hendak mengerjakan matematika. Tapi apa daya? Aku butuh tutor untuk itu. Sedang temanku tengah tertidur pulas. Emm.. Entah aku yang susah paham atau hanya karena bayangmu yang muncul di tiap lembar tugasku.
Kalau kau tadi bilang kangen. Maka aku lebih dari itu. Aku amat sangat merindukan dan kangen sekali banget sama kamu. Lebay mode : on. Sebenernya tadi aku mau bilang kalau aku juga kangen sama kamu. Tapi aku gengsi. Ah, biar seru dibuat lucu aja. Terimakasih telah melukiskan senyum itu.
JJJ
Idul fitri 1432 H. Genap tujuh belas tahun jika dihitung dari hari pertama kali aku bernafas di bumi. Singkat cerita, perasaanku hidup kembali. Saat itu, aku seperti mendapat kado yang sangat berharga.
Maaf, aku tak bisa menuliskan keterangan lebih dari ini. Entah kenapa, sesuatu yang biasanya kutuangkan begitu saja. Seketika beku tatkala aku hanya akan menuliskan tentang bintangku yang lain. Pada intinya aku sangat bahagia karena telah menemukan orang yang dapat mengikis perasaanku terhadapnya. Maaf, karena keterbatasanku ini.
JJJ
Part III (Lantai 3 PPYUR_11.00 p.m._8 nov 2011)
Plis, aku ga bisa bohongin diriku sendiri. Ini terlalu rumit. Aku tak ingin kau pergi, tapi aku sakit karena keberadaanmu. Aku tak bisa menemukan rasa itu di mata orang lain. Aku tak ingin melebih-lebihkan. Hanya ingin jujur. Karena dusta itu sakit. Aku tau, sudah terlalu banyak telinga yang mendengar kisahmu dari mulutku. Dan aku tak mungkin mengulanginya sehingga mereka muak. Mereka ingin aku melupakanmu. Begitu juga denganku. Aku ingin kau pergi dari ingatanku. Sampai kapan?? Ha?
Mengapa orang-orang dengan mudahnya melenyapkan perasaan mereka? Itu karena mereka. Dan aku bukanlah mereka. Aku adalah aku dan perasaan ini.
Haruskah aku menangis karenamu ketika orang lain menyakitiku? Tak mungkin! Seharusnya aku menangis karena orang lain. Bukan karenamu. Harus berapa kali aku bilang.. aku capek dengan semua ini. Bahkan mataku sudah cukup hitam semenjak hari itu. Sakiit. Hentikan semua ini!
Pergi dari mimpi malamku! Syaraf sadarku mungkin masih bisa aku kendalikan untuk meminimalisir kenangan kita. Tapi alam bawah sadarku ‘sakau’ karenamu. Ia menggila. Menerobos punggung waktu. Memutar tiap detailnya. Perlahan mematikanku. Dan aku harus pandai mencari nafas ketika hidungku tersumbat dan hanya oksigen limit yang kau suguhkan. Aku harus bertahan dari semua ini. Tak akan ada yang mempercayai ini. Ini hal yang terlalu konyol. Dan hanya akan dilakukan oleh gadis tolol. Hanya aku dan perasaan itu.
TariMan.. :’)
JJJ
Kemarin, bintangku yang lain mematahkan harapanku. Sikapnya berubah total. Anehnya, orang tuaku justru mempercayainya. Biarlah. Biarkan semua mengalir sebagaimana mestinya. Benci dan sakit hati tetap ada. Tapi itu tak lebih dari satu menit. Selebihnya, justru aku de javu. Masuk dalam lorong waktu dan mengulang hari itu. Waktu yang redup. Cahayaku terenggut.
Senyum remeh menyentil keluar dari mulutku. “Kau takkan bisa buatku menangis. Cukup aku menangis karena bintang pertamaku.” Aku bangkit lalu merobohkan diri. Dan tulisan dalam Part III itu mengalir begitu saja seiring airmataku.
Awal aku menginjakkan kaki di tempat ini, aku fikir melupakannya akan menjadi hal mudah. Tapi aku salah. Semakin keras usahaku melepasnya, semakin kuat pula ia bercokol di hatiku. Menjajahnya dengan semena-mena. Karena itu, kuputuskan untuk tak memaksakan diri menghapus satu paket perasaan cinta yang kini tengah naik dalam tingkatan kasta sayang.
Bahkan, aku memanjakannya. Kubiarkan ia memiliki angan dan perasaanku. Menguasai imajiku melampaui tingkatan level tertinggi. Karena taukah anda? Dengan cara itu ia akan jadi bintang dari setiap karyaku. Dan bintang itu akan memberikan nyawa, sehingga karyaku hidup. Seperti halnya perasaanku untuknya.
Berdasarkan pemahamanku setelah membaca novel ‘Perahu Kertas’ karya : Dee. Seorang seniman butuh bintang untuk jadi sumber inspirasinya. Saat ia dapat menemukan bintang itu, maka ia akan dapat mencapai rasa. Itulah dia. Yang kita cari dalam sebuah karya. Untuk itu, aku berterimakasih padamu. Meskipun aku harus sakit karenamu, di sisi lain aku dapat menemukan bintangku karenamu. Eh Maaf, maksudku karena Allah dengan perantaramu. Hehe..
JJJ
Untuk pembaca, amati tanggal dimana saya menulis letupan-letupan rasa. Maka, anda akan dapat menemukan bahwa sebetulnya saya sedang di permainkan perasaan. Hari ini A, nanti malam B, dan besok pagi A. Dan saat itu saya kacau. Bintangku tiba-tiba redup. Inspirasiku enyah. Berbeda dengan saat ini. Ketika saya mulai menulis karya ini. Kubalikkan keadaan dengan mempermainkan perasaanku sendiri. Jadi, permainkan perasaanmu maka kau akan bertahta, atau kau akan di permainkan perasaanmu dan kau mati rasa!
Untuk pembaca, di dalam karya ini ada dua bintang. Rasakan perbedaan rasa yang anda tangkap dari Part I, Part II, dan Part III. Maka anda akan mendapati kehampaan pada Part II. Itulah hidup. Kita tak akan pernah dapat mengingkari hati kita sendiri. Pada hakekatnya naluri kita hanya bernaung dalam satu bintang. Temukan bintang itu! Dekaplah ia dengan keyakinan pasti.
Selesai dibuat : Kudus, 9 November 2011 at 01.00 a.m.
Inilah hidup,,seMua orang pasti akan merasakan rasa yg tak pernah mereka duga sebelumnya..tapi satu yg paling penting. SIYUM,,,OKADA JUA KARYA ELU! CONTRENG MAK,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
(mksii dah dbri ksmpatn wat comces2an n maap klo comcesny STRES(kyk gua!huaha)sssttt,,,singkat padat dan peLiT,,,yuph! Yg pnting dah mengapresiasikke hak ideologine a,,,kata2ne mkin bwah mkin occang juga og,,,sdkit saran yak,,,bwat ada sesuatu yg bsa menjulat para pembaca,,,sesuatu yg bkin mereka slalu inget ma karya elu(smcam glondong gtu deh,,(?!%$^&)...sma kyk elu inget DEE. Paham jeng? Ga? Sama!) :D
Salam: Sang STAR-STAR-AN
Haha. Amazing lah wes pkoe :p tapi itu cerita gue banget. Haha. 10 jempol pun kalo aku punya aku kasi buat kamu semua, kwkw. Terus berkarya loh yah :D mumpung masii klas 2, blum sibuk mikirin UN kya aku ==’
@princesshadna
Mungkin terlalu dini untuk berbicara masalah cinta. tapi seiring berjalannya waktu, mau tidak mau, berkenan atau tidak, perputaran waktu mengharuskan kita untuk berfikir tentang hal tersebut. Sulit memang untuk melupakan kenangan bersama seseorang yang pernah menjadi sosok terpenting dalam hidup kita. It’s your at time! Ingat ‘at time’ bukan untuk selamanya, itu berarti perasaan yang ada dalam benakmu hanya untuk sementara, hanya karena benakmu masih hinggap pada kenangan masa lalu. Aku atau teman-temanmu bukanlah berarti muak atau enggan menerima keluh kesahmu tentangnya, tapi itulah cara kami memberikan bentuk cinta kasih kami terhadapmu. Kami ingin kamu bangkit dari ingatanmu tentang semua masa lalumu. Semua orang punya sejuta cerita masa lalu, kau tak usah menginginkan untuk menjadi mereka yang dengan mudahnya melupakan masa lalu mereka. Allah telah memilih porsi-porsi tersendiri untuk setiap hambaNya. Intine, sante wae lhah Allah adalah produser terhandal, tak ada yang tau batas skenarioNya. Yang kamu butuhkan hanyalah yakin dengan apa yang ada di depanmu. Boleh saja menoleh ke masa lampau tapi tujuan mengingat masa lampau hanyalah sebagai koreksi terhadap diri kita untuk masa yang akan datang. Semoga seiring dengan bertambahnya waktu, bertambah pula ketegaran dalam hidupmu.
Eh coment buat cerpennya : aku mulai menemukan nyawamu dalam karyamu.
e-MINADIN